25 Juli 2020

Skenario BK Dalam Pandemi


Yth. Sejawat Guru BK

Berikut saya sampaikan pemikiran awal yang saya siapkan sebagai bahan diskusi. Mendikbud mengatakan bahwa tahun ajaran baru tanggal 13 Juli tidak berarti sekolah mulai dibuka. Dalam pemikiran saya, merujuk pernyataan yang disebutkan ada dua skenario besar yang perlu dipersiapkan untuk layanan bimbingan dan koseling dalam upaya mempersiapkan siswa, guru, dan orangtua   memasuki tatanan hidup baru dalam pendidikan. Saya merasa lebih adekuat menggunakan sebutan Tatanan Hidup Baru (THB) daripada New Normal, karena pada saat ini dan sebelumnya banyak terdapat  perilaku yang sesungguhnya perlu “dinormalkan”.

Skenario A, jika sekolah dibuka pada tanggal 13 Juli 2020

Skenario B, jika sekolah tidak dibuka pada tanggal 13 Juli 2020, dan mungkin mempertimbangkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)

Skenario A. Ada empat  tahapan skenario A untuk layanan bimbingan dan konseling, yaitu:

1. Tahapan menyiapkan sumber daya dan sistem pendukung sekolah untuk pemenuhan dan penerapan protokol kesehatan. Setiap sekolah harus sudah menyiapkan sarana cuci tangan dan pengaturan jarak antar orang ketika berada di sekolah. Guru BK bisa menginisiasi atau turut serta dalam persiapan ini dan menyiapkan informasi sebagai bahan bimbingan bagi siswa dan sebagai bahan informasi kepada orangtua.

Keluaran dari tahapan ini,   kesiapan sumber daya dan sistem pendukung sekolah untuk menerapkan protokol kesehatan.

2. Tahapan menumbuhkan/membentuk kesiapan siswa, orangtua, dan guru sebelum kembali ke sekolah agar siap memasuki THB. BK ambil inisiatif secara kolaboratif untuk menumbuhkan kesiapan siswa dan orangtua. Isi bimbingan dan konseling difokuskan kepada penumbuhan cara berpikir, sikap, dan penguatan kecenderungan bertindak untuk menerapkan protokol kesehatan sehingga siswa terkondisi untuk menerapkan protokol kesehatan dan orang tua merasa yakin bahwa sekolah aman dan siap mengawal perilaku siswa dengan efektif. Kesiapan guru bisa ditumbuhkan melalui komunikasi antar guru dan secara kolaboratif menumbuhkan kesiapan siswa dan orangtua.

Isi utama layanan BK, penegasan tiga hal protokol kesehatan: pakai masker, cuci tangan, jaga jarak. Dalam tahapan ini layanan BK bisa menerapkan ragam strategi pengembangan perilaku siswa dan orangtua terkait protokol kesehatan sampai ke tahap internalisasi perilaku baru, bahkan idealnya sampai menjadi regulasi diri (self regulation). Regulasi diri merupakan kekuatan internal diri seseorang untuk bertindak atas dasar kesadaran sendiri dan bukan karena suruhan atau hukuman dan sanksi.  Tahapan internalisasi perlu diupayakan terbentuk agar kesiapan siswa dan orangtua memasuki THB cukup kokoh, bukan hanya selama di sekolah tetapi juga Ketika berada di luar sekolah.

Keluaran dari tahapan ini, siswa dan orangtua siap dan merasa aman untuk kembali hadir di sekolah, dan orang tua siap berkolaborasi dengan sekolah. Guru siap menerima dan mengawal perilaku siswa selama proses pembelajaran di sekolah. Siswa siap menerapkan protokol kesehatan dengan penuh disiplin dan kesadaran diri sendiri baik di sekolah maupun di luar sekolah. Guru BK bisa berkolaborasi dengan siswa dalam mengawal perilaku siswa lainnya.

Tentu saja unuk membentuk kesiapan dan regulasi diri dimaksud memerlukan proses, kerjasama, dan pendekatan bimbingan dan konseling yang tepat sesuai dengan jenjang pendidikan. Berbagai media bimbingan dan konseling bisa digunakan untuk membantu proses ini.

3. Tahapan menumbuhkan kesiapan guru dan personil sekolah lainnya untuk memasuki THB dan mengawal perilaku baru siswa. Tahap tiga bisa juga simultan dengan tahap 2.

Keluaran dari tahapan ini, semua guru dan personnel sekolah siap menerapkan protokol kesehatan dan  mengawal  pengembangan  perilaku  baru  siswa sesuai  dengan  peran  dan  tanggungjawab masing-masing.

4. Tahapan pengawalan perilaku baru siswa di lingkungan sekolah, harus terjadi sepanjang waktu dan dilakukan oleh semua personnel sekolah, mulai dari saat tiba di sekolah sampai dengan jam sekolah berakhir.

Keluaran dari tahapan ini, kesiapan siswa utk membawa perilaku baru ke dalam kegiatan belajar dan kegiatan lainnya, baik di sekolah maupun luar sekolah.

Sampai tahapan ini perilaku baru berbasis protokol kesehatan diharapkan sudah terbentuk, terinternalisasi, sangat ideal jika sudah menjadi regulasi diri yang akan menjadi dasar untuk masuk ke dalam layanan bimbingan dan konseling lainnya dengan ragam isi layanan BK yang terkait dengan belajar, pribadi, sosial, karir, dan aspek perkembangan lainnya dalam keadaan semua pihak menerapkan protokol kesehatan dengan penuh disiplin dan kesadaran.

Skenario B.

Tahapan skenario B pada prinsipnya sama dengan skenario A. Perbedaan terletak pada tahap 2 yang fokusnya terletak pada kesiapan untuk belajar dan mengikuti pembelajaran dan kegiatan lainnya dari rumah dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, dan pada tahapan 4 dimana ragam isi layanan bimbingan diluncurkan dalam seting belajar dari rumah dan layanan BK dari rumah. Pengawalan perilaku baru siswapun tidak terjadi di sekolah melainkan dalam kegiatan di luar sekolah, dan sangat memerlukan kolaborasi kuat dengan orangtua maupun masyarakat dan pihak lainnya.

 

Sunaryo Kartadinata

1 Juni 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tulis Komentar Anda

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel